Lho, Kok Berat Sekali?
Seorang pelaku dalam dunia sufi mencoba bicara maqomat, dan rahasia-rahasia Sufi kepada para sesama sahabatnya yang pemula. Si pelaku itu menulis sejumlah skema dunia Sufi sampai detil. Sementara para muridnya menyimak dan mencatat apa yang ditulisnya. Tiba-tiba salah satu dari mereka bicara:
“Wahai kawan, betapa berat perjalan sufi. Katanya Sufi itu gampang, ringan, dan mudah. Kenapa jadi berbelit-belit begini. Apalagi kalau harus ditempuh dari bawah seperti itu. Wah nggak mungkin saya mengamalkannya….” Kata pemula.
Si pelaku itu tertawa terbahak-bahak mendengarkan interupsi temannya. Sang pemula tambah bingung nggak karuan. Tadi kawannya menjelaskan begitu serius sampai dia merasa terbebani pikirannya, kini syekhnya malah tertawa-tawa, wah..wah..wah..ini tambah membingungkan. Apakah ada model sufi lain lagi selain yang serius tadi?
“Begini, kalau kamu melihat skema rumit yang sama tulis di papan tulis ini, jangan kamu pahami dengan pikiranmu, nanti yang muncul adalah renungan panjang yang tak henti-henti. Jangan pula kamu fahami lewat hawa nafsumu, nanti kamu malah lari dari tempat ini, karena hawa nafsu paling muntah kalau mendengar hikmah Sufi. Fahamilah dengan hatimu, maka seluruh skema ini akan hapus, cair dalam aliran hatimu….”
Sang pelaku memandnagi si pemula, dan sebaliknya, keduanya lalu tertawa terpingkal-pingkal.
“Apa yang kau tertawakan?” Tanya pelaku.
“Saya menertawakan seandainya pribadi guru diuraikan dalam skema itu….Lalu kenapa pula anda tertawa juga?”
“Karena saya melihat dirimu terurai seperti benang kusut…ha..ha..ha…”
keduanya tertawa lagi….husss.!
Seorang pelaku dalam dunia sufi mencoba bicara maqomat, dan rahasia-rahasia Sufi kepada para sesama sahabatnya yang pemula. Si pelaku itu menulis sejumlah skema dunia Sufi sampai detil. Sementara para muridnya menyimak dan mencatat apa yang ditulisnya. Tiba-tiba salah satu dari mereka bicara:
“Wahai kawan, betapa berat perjalan sufi. Katanya Sufi itu gampang, ringan, dan mudah. Kenapa jadi berbelit-belit begini. Apalagi kalau harus ditempuh dari bawah seperti itu. Wah nggak mungkin saya mengamalkannya….” Kata pemula.
Si pelaku itu tertawa terbahak-bahak mendengarkan interupsi temannya. Sang pemula tambah bingung nggak karuan. Tadi kawannya menjelaskan begitu serius sampai dia merasa terbebani pikirannya, kini syekhnya malah tertawa-tawa, wah..wah..wah..ini tambah membingungkan. Apakah ada model sufi lain lagi selain yang serius tadi?
“Begini, kalau kamu melihat skema rumit yang sama tulis di papan tulis ini, jangan kamu pahami dengan pikiranmu, nanti yang muncul adalah renungan panjang yang tak henti-henti. Jangan pula kamu fahami lewat hawa nafsumu, nanti kamu malah lari dari tempat ini, karena hawa nafsu paling muntah kalau mendengar hikmah Sufi. Fahamilah dengan hatimu, maka seluruh skema ini akan hapus, cair dalam aliran hatimu….”
Sang pelaku memandnagi si pemula, dan sebaliknya, keduanya lalu tertawa terpingkal-pingkal.
“Apa yang kau tertawakan?” Tanya pelaku.
“Saya menertawakan seandainya pribadi guru diuraikan dalam skema itu….Lalu kenapa pula anda tertawa juga?”
“Karena saya melihat dirimu terurai seperti benang kusut…ha..ha..ha…”
keduanya tertawa lagi….husss.!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar