Selasa, 01 Juni 2010

Anekdot Sufi 03 (Al-Fatihah Seratus Kali)

Al-Fatihah Seratus Kali


Dul Mungin, warga desa dari Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, sangat bersemangat ingin memasuki dunia tarekat sufi. Cita-cita itu akhirnya tercapai. Ia lalu minta dibai’at pada seorang guru Mursyid di Pesantren PETA Tulungagung.

Selang lima tahun kemudian, ia bersilaturahmi ke tempat mursyidnya, lalu mengikuti jamaah dzikir di mushala sang Mursyid. Usai berdzikir, wajah Dul Mungin tampak berkeringat. Sambil mengusap-usapkan tangan ke mukanya, seorang kawan bertanya pada Dul Mungin.

“Ada apa Kang Dul, kok kelihatan agak aneh?”
“Baru kali ini saya ikut berdzikir bersama. Rasanya kok lama sekali.”
“Lama bagaimana? Bisanya juga satu jam selesai…”
“Lho, kok sampai satu jam ya. Saya itu kalau dzikir sendirian paling lama cuma sepuluh menit.”

“Kok cepat sekali, yang sampean baca itu apa?”
“Saya membaca wirid sesuai dengan petunjuk di sini.” Dul Mungin lalu memperlihatkan bacaan wirid kepada kawannya.

“Pasti ada yang tidak beres ini, tuntunannya bagaimana?”
“Kata pembimbing, dulu saya diminta baca surat al-Fatihah seratus kali, syahadat seratus kali, dan seterusnya ada hadiah fatihah. Lalu istighfar seratus kali, takbir seratus kali, shalawat seratus kali, dan tahlil seratus kali…”

“Lho, itu kan sudah benar! Tapi bagaimana Anda melakukan itu?”
“Karena perintahnya begitu, ya begitu. Jadi saya baca begini…al-Fatihah seratus kali…Selesai begitu saya baca syahadat seratus kali, seperti perintah tulisan itu.”
Kawan yang mendengar itu tak mampu meledakkan tawanya, hingga membuat Dul Mungin terheran-heran.

“Maksudnya begini Kang Dul. Surat al-Fatihah itu diulang seratus kali jumlahnya. Bukan al-Fatihah seratus kali, selesai,…begitu!”
Dul Mungin hanya manggut-manggut. Padahal, cara Dul Mungin itu sudah berlangsung lima tahun. hehehehe...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar