Keteguhan Hati Ummu Ghailan
Ini kisah yang dialami Junaid al-Baghdadi, seorang sufi terkemuka. Suatu hari, Junaid berjumpa dengan salah seorang penempuh jalan Ilahi (salik) di padang pasir. Orang itu sedang duduk di bawah pohon. Ternyata ia adalah Ummu Ghailan.
“Mengapa Anda duduk si situ?” tanya Junaid.
“Begini, ada peristiwa, aku telah kehilangan sesuatu, tetapi aku biarkan saja. Ketika aku kembali dari ibadah haji bersama seorang pemuda, tiba-tiba kutemukan barang itu. Barang itu telah pindah ke tempat di dekat pohon ini,” ia menjelaskan.
“Terus, kenapa Anda duduk di situ?,” Tanya Junaid lagi.
“Aku telah menemukan apa yang aku cari di tempat ini, jadi aku tetap saja duduk di sini.”
Lalu. Junaid hanya bicara pada dirinya sendiri, ”Aku tidak tahu mana yang lebih mulia, kegigihannya karena kehilangan keadaan, atau keteguhan hatinya tinggal di mana, ia telah mencapai kehendaknya.
Ini kisah yang dialami Junaid al-Baghdadi, seorang sufi terkemuka. Suatu hari, Junaid berjumpa dengan salah seorang penempuh jalan Ilahi (salik) di padang pasir. Orang itu sedang duduk di bawah pohon. Ternyata ia adalah Ummu Ghailan.
“Mengapa Anda duduk si situ?” tanya Junaid.
“Begini, ada peristiwa, aku telah kehilangan sesuatu, tetapi aku biarkan saja. Ketika aku kembali dari ibadah haji bersama seorang pemuda, tiba-tiba kutemukan barang itu. Barang itu telah pindah ke tempat di dekat pohon ini,” ia menjelaskan.
“Terus, kenapa Anda duduk di situ?,” Tanya Junaid lagi.
“Aku telah menemukan apa yang aku cari di tempat ini, jadi aku tetap saja duduk di sini.”
Lalu. Junaid hanya bicara pada dirinya sendiri, ”Aku tidak tahu mana yang lebih mulia, kegigihannya karena kehilangan keadaan, atau keteguhan hatinya tinggal di mana, ia telah mencapai kehendaknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar