Selasa, 18 Mei 2010

TASAWUF MODERN

TASAWUF MODERN



Dari hadits riwayat Imam Buhkhori tentang Islam, iman dan Ihsan nampaklah bahwa ketiga ilmu, yaitu Fiqhi, Ilmu Ushuludin dan tasawuf telah dapat menyempurnakan ketiga simpulan agama Islam.

Islam diartikan oleh hadist itu ialah mengucapkan Syahadat, mengerjakan sembahyang lima waktu, puasa bulan Ramadhan, mengeluarkan zakat dan naik haji. Untuk mengetahui ini, sehingga kita mengerjakan suruhan agama dengan tidak membuta: kita pelajarilah Fiqhi.

Iman kepada Allah, kepada Malaikat, kepada Rasul-rasul dan kitab dan iman kepada Hari Kiamat dan Takdir, buruk dan baik mesti terjadi, karena ketentuan Tuhan: kita pelajarilah Ushuludin, atau ilmu Kalaam.

Ihsan adalah kunci dari semuanya, yaitu: Bahwa kita mengabdi kepada Allah seakan-akan Allah itu kita lihat di hadapan kita sendiri. Karena meskipun mata kita tidak dapat melihat Allah, namun tetap melihat kita. Untuk menyempurnakan ihsan itu, kita masuki alam Tasawuf.

Itulah tali berpilih tiga: Iman, Islam dan Ihsan. Dicapai dengan tiga ilmu, Fiqhi, Ushuludin dan Tasawuf.

Pendapat Al-Junaid, yang terhitung sebagai salah seorang ulama besar dalam hal Tasawuf mengemukakan lagi arti tasawuf:

Tasawuf ialah membersihkan hati dari apa yang mengganggu perasaan kebanyakan makhluk, berjuang menaggalkan pengaruh budi yang asal (instink) kita, memadamkan sifat-sifat kelemahan kita sebagai manusia, menjauhi segala seruan dari hawa nafsu, mendekati sifat-sifat suci kerohanian, dan bergantung kepada ilmu-ilmu hakikat, memakai barang yang penting dan terlebih kekal, menaburkan nasehat kepada sesame ummat manusia, memegang teguh janji kepada Allah dalam hal hakikat, dan mengikut contoh Rosululloh dalam hal syari’at.”

Selain yang telah kita sebutkan di atas terdapat pula beberapa nama lain, diantaranya: Hasan Basri-wafat tahun 110 H(721 M), Malik bin Dinar- wafat th 181 H (792 M), Ibrahim bin Adham wafat th. 161 H. (772 M), Zin Nun al Mishri, Yazid Bustami, Yahya bin Mu’adz, Syech Junaid al Bagdhadi, Al Hallaj, Imam Ghozali, Syech Muhyiddin Ibnu Arobi, Suhrawardi, Jalalludin Rumi, Fariduddin al Athar, Sari as Saqoti, Abdurrahman Jami, Rabiah al Adawiyah, dll.

Dari tasawuf inilah bermunculan thoriqoh-thoriqoh seperti Thoriqoh Qodiriyyah, Thoriqoh Bustamiyah, Thoriqoh Suhrawardiyah. Thoriqoh Naqsobandiyah, Thoriqoh Maulawiyyah,dll.



Tasawuf Modern

Aslinya “Bahagia” di susun mulai 1937 di majalah “Pedoman Masyarakat”.

Pendapat-pendapat tentang Bahagia :

- Orang miskin mengggap bahagia adalah dari kekayaan

- pada nama yang harum

- orang sakit menganggap bahagia itu ada pada kesehatan

- orang yang berdosa menganggap bahagia itu ada pada bersihnya dosa

- penganjur rakyat menganggap bahagia itu adalah kemerdekaan dan kecerdasan umat

Yahya bin Khalid seorang Wazir yang masyhur di dalam Daulat Bani Abbas berpendapat : “Bahagia adalah sentosa perangai, kuat ingatan, bijaksana akal, tenang dan sabar menuju maksud”

Zaid bin Tsabit ahli syair Rasulullah saw berkata “Jika petang dan pagi seorang manusia telah beroleh aman sentosa dari gangguan manusia, itulah dia orang yang bahagia

Ibnu Khaldun berpendapat : “Bahagia ialah tunduk dan patuh mengikuti garis-garis yang ditentukan Allah dan perikemanusiaan”

Imam Ghozali berpendapat :”Bahagia dan kelezatan sejati ialah bila mengingat Allah

Menurut Rasulullah saw, bahagia adalah tergantung derajat akalnya.

Anasir Bahagia menurut Pithagoras, Socrates, Plato, dll yaitu :

Hikmat, keberanian, Kehormatan dan adil.

Menurut Aristoteles: Badan sehat, cukup kekayaan, Nama harum, Tercapai yang dicita-citakan, tajam fikiran.

Menurut Tolstoy: Bahagia yang untuk kepentingan pribadi, dan bahagia sejati yaitu yang berguna untuk masyarakat

Menurut Imam Ghozali: Bahagia akherat, keutamaan akal budi, keutamaan yang ada di tubuh, keutamaan yang ada di luar badan, keutamaan lantaran taufiq dan pimpinan Allah.

Bahagia dan Agama: Bahagia apabila I’tiqad bersih, Yakin, Iman dan Agama

Bahagia dan Keutamaan: Keutamaan Otak, dan keutamaan akal Budi

Kesehatan Jiwa dan badan.

Pengobatan jiwa (tasawuf).

Sifat-sifat yang tercela dan yang dibolehkan

Hakekat kekayaan dan hakekat kemiskinan

“Orang kaya ialah orang yang sedikit keperluannya”

Tentang Qonaah :Ialah menerima cukup.

Qonaah mengandung 5 perkara : menerima dan rela apa yang ada, memohon tambahan yang pantas dan berusaha, menerima dengan sabar ketentuan Tuhan, bertawakal kepada Tuhan, tidak tertarik oleh tipu daya dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar